Hello Readers!
Bagaimana rasanya bersua denganku lagi?
Haha jangan katakan bosan bila kalian masih membaca tulisanku dan mengunjungi blog-ku. Jadi, begini. Tugasku tentang
film belum selesai. Setelah membahas film favoritku, alasan mengapa aku
menyukainya, apa pesan yang ku terima, dan analisisku tentang ke-masuk akal-an
dari film tersebut, sekarang ada tugas yang lebih menantang lagi yang ku
dapatkan. Menurutku, apa yang menjadi kesukaan dan pengalaman kita, pasti lebih
mudah diceritakan, dibanding dengan harus menganalisis sesuatu yang menjadi
kesenangan atau hasil rekomendasi orang lain. What’s ur opinion?
Well,
tapi tugas tetap tugas. Kewajiban tetap kewajiban. Mari kita selesaikan apa
yang sudah kita mulai : aku dengan tulisanku, dan kalian dengan bacaan kalian
(re:blog-ku). Hehehe. Sebelum kalian membaca lebih jauh dan pada akhirnya
merasa bingung, kujelaskan dulu bahwa ini adalah film kedua yang membuatku memutar
balikkan otak setelah film “Beautiful Mind”. Jujur aku sangat senang film semacam
ini, tapi yang satu ini benar-benar membuatku kagum setengah bengong. Bukan
karena filmnya jelek. Sama sekali bukan. Justru pengaturan film ini yang
terlampau brilliant, membuatku otakku
berbalik maju-mundur mengikuti alur cerita.
Oke, kali ini harus kita mulai dari
mana? What is your favorite movie
lagi? Ku pikir itu bukan pertanyaan yang tepat untuk tulisan ini. Mengingat bahwa
film ini direkomendasikan oleh Kang Zein, dosenku. Lebih tepatnya memang kami
diminta untuk menonton film ini dan membuat pos ini sebagai tugasnya. Lalu apa
yang perlu ku lakukan? Aku ingin mencoba membahas film ini dengan caraku. Aku bukan
orang yang pandai me-review film,
jadi kumohon jangan tertawakan. Ini komitmen kita, oke?
M E M E N T O. Apa namanya terlalu asing
di telinga kalian? Jika iya, akupun merasakan hal yang sama. Ya. Inilah judul
film itu. Karena penasaran, sebelum ku tonton film ini, aku mencoba untuk
mencari tahu definisinya. Seperti yang dilansir artikata.com, Memento adalah noun yang berarti: 1. a reminder of past events ; 2. A hint, suggestion, token, or
memorial, to awaken memory; that which reminds or recalls to memory; a
souvenir. Pengingat dan petunjuk adalah kata kuncinya.
Film ini disutradarai oleh Christopher Nolan. Naskahnya ditulis oleh Nolan berdasarkan cerita pendek buatan
adiknya, Jonathan Nolan, "Memento Mori". Dibintangi
Guy Pearce (Leonard Shelby), Carrie-Anne Moss (Natalie), dan Joe Pantoliano (Teddy Gammel). Memento
disajikan sebagai dua urutan yang berbeda dari adegan
berselang-seling selama film:
serangkaian hitam-putih yang ditampilkan secara kronologis
(alur maju), dan serangkaian
urutan warna yang ditampilkan dalam urutan terbalik.
Dua sekuens "bertemu" di akhir film,
menghasilkan satu narasi lengkap yang seharusnya secara kronologis, urutan hitam-putih datang pertama,
urutan warna datang berikutnya.
Urutan warna gambar yang
terbilang tumpang tindih, secara singkat untuk membantu menunjukkan penonton kepada sebuah fakta bahwa film sedang disajikan dalam urutan terbalik. Tujuan
dari sequencing terbalik adalah untuk
memaksa penonton agar merasa memiliki pengalaman simpatik terhadap
kemampuan Leonard yang rusak, untuk menciptakan kenangan jangka panjang baru, di mana
peristiwa sebelumnya tidak teringat, karena penonton “dibuat” sengaja
belum melihat mereka (re:peristiwa
sebelumnya).
Memento tayang
perdana pada 5 September 2000, di Festival Film
Internasional Venice dan dirilis di bioskop Eropa dimulai pada Oktober 2000.
Hal itu diakui oleh para kritikus, yang memuji struktur non-linier narasi dan motif dari memori, persepsi, kesedihan,
dan menipu diri sendiri. Film
ini sukses di box office dan menerima berbagai penghargaan, termasuk Academy
Award nominasi untuk Best Original Screenplay
dan Best Film Editing.
Film ini kemudian memasuki peringkat salah satu film terbaik dekade yang dinilai
oleh beberapa kritikus dan media.
Film
ini dimulai dengan Polaroid foto dari orang yang sudah mati. Sebagai
urutan yang
memainkan alur mundur, foto beralih ke negara berkembang yang
memasuki kamera sebelum pria itu ditembak di kepalanya. Ini
diikuti dengan urutan hitam-putih dan warna yang berselingan. Urutan hitam-putih mulai dengan Leonard Shelby (Guy
Pearce) di sebuah kamar motel, ia diperlihatkan sedang berbicara dengan seorang penelepon
yang tidak disebutkan namanya
dan tidak ditampilkan di layar.
Leonard
memiliki Anterograde
Memory Loss dan tidak dapat menyimpan kenangan yang
baru terjadi. Leonard menjelaskan bahwa kerusakan
otaknya itu berawal saat ia
membunuh penyerang yang memperkosa dan mencekik istrinya (Jorja Fox), tetapi tiba-tiba datang orang
kedua yang memukulnya dan langsung melarikan diri. Polisi
tidak menerima pertanyaan Leonard tentang adanya penyerang kedua, namun Leonard meyakini
bahwa nama penyerang adalah John
(atau mungkin James), dengan nama belakang dimulai dengan ‘G’.
Leonard
melakukan investigasi sendiri menggunakan sistem catatan, foto Polaroid, dan
tato.
Sebagai penyidik asuransi, Leonard selalu
mengenang satu
orang client-nya, Sammy Jankis (Stephen Tobolowsky), yang
juga didiagnosis dengan kondisi yang sama. Istri
diabetes Sammy (Harriet Sansom Harris), yang tidak yakin apakah kondisi
Sammy adalah asli, berulang kali
meminta suntikan insulin untuk mencoba mengetes Sammy apakah dia
ingat atau tidak bahwa dia sebenarnya telah melakukan suntikan sebelumnya. Ternyata
Sammy tidak ingat, alhasil sang istri jatuh koma dan meninggal.
Urutan warna
yang ditampilkan dalam urutan kronologis terbalik. Dalam
kronologi cerita, Leonard mendapat tato, berdasarkan petunjuk untuk dirinya
sendiri, dari plat John G. Lalu
ia menemukan catatan di pakaiannya,
dan
bertemu Natalie (Carrie-Anne Moss), seorang bartender yang membenci Leonard saat ia
memakai pakaian dan drive mobil pacarnya, Jimmy. Setelah
memahami kondisinya, dia memanfaatkannya untuk membuat Leonard mendorong seorang pria bernama
Dodd (Callum Keith Rennie) keluar dari kota dan menawarkan plat untuk membantu
penyelidikan.
Sementara itu,
Leonard menemukan sebuah kontak, Teddy (Joe Pantoliano). Teddy membantu
Dodd, tapi memperingatkan dia tentang Natalie; Namun,
Leonard sudah menulis
di foto Teddy, “Don’t believe his lies”. Natalie
memberikan Leonard sebuah SIM, yang menunjukkan identitas John Edward Gammell, nama lengkap Teddy. Mengkonfirmasikan
informasi yang dimiliki Leonard tentang
"John G" dan peringatan yang ditulisnya, Leonard bertemu Teddy dan mendorong dia menuju sebuah bangunan yang ditinggalkan, dan
mencoba membunuhnya seperti yang terlihat pada permulaan film.
Dalam
hitam-putih urutan terakhir, diminta oleh si penelepon, Leonard bertemu Teddy
di lobi motel. Teddy
adalah seorang perwira yang menyamar dan telah mempertemukan Leonard dengan "John G", pacar Natalie Jimmy Grantz (Larry
Holden), dan mengarahkan Leonard ke bangunan yang ditinggalkan sama di luar
kota. Ketika
Jimmy tiba, Leonard mencekik dia dan mengambil foto tubuh Jimmy.
Leonard bertukar pakaian dengan Jimmy, ia mendengar bisikan Jimmy, "Sammy". Seperti
yang kita ketahui, Leonard hanya
menceritakan kisah Sammy untuk orang-orang yang telah bertemu, akhirnya
ia meragukan Jimmy adalah penyerang
yang ia maksud. Teddy
tiba dan menegaskan bahwa Leonard telah membunuh penyerang nyata lebih dari setahun
yang lalu, setelah membantu Leonard menemukannya. Teddy
mengklaim bahwa "John G" adalah nama umum, dia akan terus lupa, dan
memulai pencarian lagi.
Selanjutnya,
Teddy menjelaskan kepada Leonard bahwa istrinya sendiri yang jatuh ke dalam
koma karena overdosis insulin seperti kisah Sammy. Setelah
mendengar penjelasan Teddy, Leonard sadar dan membakar foto dari tubuh Jimmy.
Ia memasuki mobil Jimmy dan mencatat plat nomor Teddy. Dia benar-benar lupa
kejadian yang baru terjadi sebelumnya dan menganggap Teddy sebagai penyerang kedua, yang selanjtnya
bisa kita pastikan akan mengarah
pada peristiwa kematian Teddy. Meskipun
pada saat itu, film sudah berakhir.
Dari summary
film yang kutulis di atas (ku harap cukup jelas), memperlihatkan film dengan
ketelitian, dan kreativitas tinggi. Jangankan untuk membuat film semacam ini, me-review-nya saja sudah membuat kepalaku
terasa berat. Dengan film sebagus ini, banyak sekali penghargaan yang
didapatkan dan tentunya mereka bisa mendapatkannya karena apresiasi para
penggemar. Mereka tampil beda dengan genre “mystery thriller” yang terdengar mainstream. Yang sampai detik ini,
membuatku terkagum-kagum.
Sekali lagi, film ini bukan favoritku. Tapi,
aku senang bisa menonton karya sebagus dan se-keren ini. Menurutku, yang penting dan patut disinggung dari film
ini bukan genrenya, tapi kemampuan film ini memadukan seni dan science. Itu yang membuatku memberikan
11 dari 10 poin jika ku bisa. Juga pemikiran sujet (presentasi film) dipikirkan
dengan sangat rapi dan matang. Saat ini malah aku sedang memikirkan, bagaimana
lagi aku bisa mengapresiasi karya ini? Menonton dan menulis tentangnya, bahkan
kurasa belum cukup.
Aku adalah seorang mahasiswa biasa yang
pada awalnya merasa terpaksa menonton film ini. Aku yang sedari awal menganggap
ini tugas dan terlanjur menegatifkan persepsi. Yang kupikirkan hanya beban,
padahal film itu seharusnya dinikmati. Dinikmati lalu dimaknai. Dan itulah yang sekarang sedang kucoba
lakukan. Memaknai film ini dan semua pesan yang tersirat di dalamnya. Aku yakin
pasti ada. Bahkan sangat dalam.
“We
all need mirrors to remind ourselves who we are. I'm no different.” Kupikir
ini adalah salah satu quote yang
kuingat. Pesan yang menjelaskan pada
kita seberapa penting “bercermin” itu. Menurutku, bercermin bukan hanya untuk
mengetahui siapa kita, tapi juga untuk mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya. Mempergunakan kelebihan bagi hal-hal baik, dan mem-positif-kan
otak kita tentang kekurangan kita sendiri. Berbeda dengan kesalahan yang perlu
diperbaiki. Selain itu, bercermin itu berlaku untuk semua orang. Orang yang
merasa sempurna dan orang yang memiliki kekurangan seperti Leonard pun pantas
melakukannya.
Satu lagi kata-kata dari seorang Leonard
Shelby yang sanat valid menurutku, “Memory
can change the shape of a room; it can change the color of a car. And memories
can be distorted. They're just an interpretation, they're not a record, and
they're irrelevant if you have the facts.”. Betul, bahwa memori itu adalah
pemetaan citra, ruang, dan bentuk bayangan lainnya ke dalam otak kita. kata-kata
Leonard membuatku bertanya, lalu dapatkah kita mempercayai memori? Seiyanya itu
adalah bayangan pengalaman yang pernah kita dapatkan. Dari mana kita tahu bahwa
itu valid dan kita tidak memerintah otak untuk memodifnya? Fakta akan selalu
dibutuhkan. Meskipun memori adalah satu hal primer juga pada seorang manusia.
Lalu sekarang menurut kalian, apakah
film yang telah kuceritakan ini logis dan nyata? Menurutku, ya untuk logis dan
tidak untuk nyata. Masuk akalnya adalah karena sangat wajar jika orang yang
kecelakaan lalu terbentur kepalanya begitu keras, dia akan mengalami gangguan
pada otaknya. Termasuk amnesia anterograde ini. Amnesia anterograde adalah hilangnya
kemampuan untuk menciptakan kenangan
baru setelah peristiwa yang menyebabkan amnesia, yang mengarah
ke ketidakmampuan parsial atau lengkap untuk mengingat masa lalu, sementara kenangan jangka panjang sebelum kecelakaan tetap utuh. Dan amnesia ini dapat
dijelaskan dalam science.
Selain itu, disebut
masuk akal karena sangat manusiawi jika kita marah teradap orang yang telah menyakiti
orang yang sangat kita cintai. Di Indonesia pun banyak kejadian pembalasan
dendam semacam itu, hebatnya seorang Leonard terus menerus membunuh orang-orng
bernama John. G tanpa tertangkap, malah seorang perwira membantuya mencari
pelaku pembunuhan istrinya. Adil tidaknya mungkin diputuskan sesuai
undang-undang mereka. Hehehe.
Setelah itu, mengapa
aku berpendapat bahwa film ini tidak nyata? Karena menurutku cerita pembunuhan
istri, lalu kerusakan otak dan semua kejadian yang ada dalam cerita ini adalah
rekaan. Yang nyata adalah amnesianya. Amnesia ini memang benar-benar ada tetapi
sekali lagi jalan ceritanya adalah rekaan. Seperti yang sudah saya singgung di
awal, bahwa pembuatan film ini terinspirasi dari cerpen buatan adik sang
sutradara. Yang mana cerpen itu adalah relatif fiksi, meskipun ada juga cerpen
yang berdasarkan pengalaman pribadi.
Well,
last but not least, satu hal yang ku
sadari dari esensi tugas ini adalah, mempelajari manusia tidak sebatas melalui
buku, atau harus selalu menghampiri orang-orang yang justru belum tentu
menerimamu. Banyak sekali media yang dapat kita gunakan di masa modern ini,
orang bukan hanya mengabarkan dan memberi tahu dunia apa yang terjadi lewat
tulisan, tapi sudah bisa divisualisasikan, disimulasikan lewat adegan dan jalan
cerita dalam film.
Selain itu, menonton
film ini membuat kita menyadari bahwa kita terlalu sering men-judge tanpa mengerti dan memposisikan
diri bagaimana sulitnya jika kita menjadi dia. Mereka yang memiliki kekurangan,
selalu berusaha menyesuaikan diri sekeras mungkin, agar dapat masuk dan
diterima di kehidupan sosialnya, tapi apakah kita sudah memposisikan dan
menyesuaikan diri dengan mereka? Belajar menghargai dan mengapresiasi. Menurutku,
itu luar biasa penting.
Oh ya, ingat tadi kubilang bahwa memori
itu primer tapi kenyataan di dunia luar mungkin mematahkannya? Apa yang kalian pikir
useless, mungkin pada kenyataannya
sangat berharga bagi orang lain. Lalu, apa yang menurut kalian baik, malah
tidak berguna bagi orang lain. Lakukan saja apa yang bisa kalian lakukan bagi
mereka yang membutuhkan. Toh faktanya sesuatu hal baik sekecil apapun akan
selalu berkesan bagi orang yang menerimanya.
Ada kalanya kita memang harus mempercayai
dunia. Tanpa mencampuradukkannya dengan apa yang kita pikirkan. Rasakan dunia
dengan murni. Kita tidak akan pernah tahu kapan pikiran kita menjadi negatif dan
membawa kita kepada kesalahan. Thankyou
for this cool task, Mr. Zein!
“I
have to believe in a world outside my own mind. I have to believe that my
actions still have meaning, even if I can't remember them. I have to believe
that when my eyes are closed, the world's still there. Do I believe the world's
still there? Is it still out there?... Yeah.”(Leonard Shelby, 2000)